seputarjogja.id, Jogja – Kemenparekraf RI menyebut jika Indonesia menempati peringkat pertama untuk wisata halal. Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) menilai hal tersebut membuat aktivitas usaha syariah mencapai sekitar 46% atas ekonomi nasional.
“Jadi kita itu tahun ini dari global muslim travel index menjadi nomor satu untuk wisata halal,” kata Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf, Rizki Handayani di sela-sela acara Islamic Creative Economy Founders Fund (ICEFF), Kota Jogja, Selasa (6/8/2024).
Menurutnya, penilaian capaian itu berdasarkan kesiapan destinasi hingga berdasarkan bagaimana informasi terkait promosi wisata halal di Indonesia. Mengingat wisata halal itu sebenarnya adalah wisata yang ramah dengan kebutuhan umat muslim.
“Jadi yang isinya pertama makanan halal, apakah ada informasi restoran halal mana saja dan mencari informasinya gampang,” ujarnya.
“Akomodasi di kamar penginapan ada tempat untuk bersuci (wudu), di mal gampang tidak mencari toilet. Contoh, sekarang mal-mal di Jakarta itu menyediakan mukena dengan kualitas bagus,” lanjut Rizki.
Berdasarkan semua itu, Rizki menilai jika kesadaran masyarakat Indonesia terkait bagaimana memberikan pelayanan kegiatan umat muslim semakin dipermudah. Terlebih, saat ini pihaknya terus mendorong sertifikasi halal di kalangan pelaku wisata.
Sedangkan terkait pengembangan wisata halal di Indonesia saat ini, Rizki menyebut jika saat ini menyasar wisatawan asal luar negeri. Mengingat seperti beberapa negara di Asia Tenggara banyak yang memiliki warga negara yang memeluk agama Islam.
“Di luar negeri yang banyak muslimnya seperti ASEAN itu Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura. Tapi Thailand selatan juga muslim. Kalau kita berbicara Australia di sana sekarang tidak hanya bule, tapi banyak keturunan Turki, Lebanon yang muslim, jadi kita lihat itu market besar,” ucapnya.
Belum lagi Jepang sekarang juga sudah ada pertumbuhan umat muslim. Kemudian Inggris juga ada keturunan India dan Pakistan, bahkan di Jerman juga banyak orang Turki.
“Jadi kalau kita bicara wisata halal dalam artian friendly moeslem, kalau kita bisa memberi kepastian produk yang kita sajikan halal mereka tentunya akan lebih merasa nyaman ke Indonesia. Harapan kita banyaknya produk dan jasa bernapaskan Islam yang memberikan kenyamanan bagi umat muslin dan nonmuslim ini saya rasa,” katanya.
Sementara itu, Deputi Direktur Akselerasi dan Kemitraan Usaha Syariah KNEKS, Achmad Iqbal mengatakan bahwa berkembangnya wisata halal berdampak pada aktivitas usaha syariah. Di mana saat ini aktivitas usaha tersebut terbilang signifikan.
“Jadi ekonomi syariah, aktivitas usaha syariah itu sudah mencapai sekitar 46% atas ekonomi nasional. Ini adalah data-data terkait sektor industri halal, ekonomi syariah sudah berkontribusi ke Indonesia,” ucapnya.
Kemudian nilai ekspor produk halal itu dalam lima tahun terakhir tumbuh 10,59%. Menurutnya, hal tersebut salah satu sektor yang masih tumbuh di dalam ekspor-impor Indonesia.
“Sehingga ini jadi kebaikan bagi kita juga, termasuk pembiayaan syariah untuk UMKM itu masih di atas rata-rata pertumbuhan pembiayaan perbankan nasional,” ujarnya.
“Nah, ini merupakan kontribusi yang memang diperuntukkan bagi ekonomi dan keuangan syariah untuk pelaku UMKM,” imbuh Iqbal.