Hadapi Perubahan Iklim, Ini Saran Pegiat Lingkungan untuk Keberlangsungan UMKM

Diskusi bertema 'Fight The Planetary Collapse: Petani dan UMKM Sejahtera Lingkungan Terjaga' di Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, DIY. Foto: dok. Istimewa
Diskusi bertema 'Fight The Planetary Diskusi bertema 'Fight The Planetary Collapse: Petani dan UMKM Sejahtera Lingkungan Terjaga' di Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, DIY. Foto: dok. IstimewaCollapse: Petani dan UMKM Sejahtera Lingkungan Terjaga' di Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Foto: dok. Istimewa

seputarjogja.id, Bantul – Sejumlah pegiat lingkungan lintas daerah menggelar diskusi dengan pelaku UMKM di Jogja. Diskusi ini membahas soal saran bagi para pelaku UMKM agar bisa menyesuaikan dengan perubahan iklim khususnya dalam hal ketersediaan bahan baku.

Salah satu inisiator acara, Yogo Pratomo mengatakan diskusi bertema ‘Fight The Planetary Collapse: Petani dan UMKM Sejahtera Lingkungan Terjaga’ ini melibatkan tiga komunitas. Yakni Komunitas Pegiat Ekologi, Ekonomi, Seni, dan Sosial Budaya Berkelanjutan (KAPE-ESBE) Yogyakarta, bekerja sama dengan Yayasan Lansekap Nusantara Hijau (YLNH) dan Yayasan Tirta Alam Bumi Bertuah (Riau).

Bacaan Lainnya

“Kegiatan ini diselenggarakan bertujuan mendorong langkah-langkah konkret meningkatkan kesejahteraan pelaku UMKM di Riau, Jawa Tengah, dan Jogja. Untuk diskusi melibatkan pelaku UMKM dan petani dari Riau, Jawa Tengah, dan DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta),” kata Yogo dalam keterangannya kepada wartawan di lokasi acara Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, DIY, Senin (22/1/2024).

Menurutnya pemerhati UMKM ini, salah satu kelompok yang bisa terdampak dari perubahan iklim adalah sektor UMKM. Akan tetapi, kelompok UMKM juga merupakan kekuatan yang dapat memberikan kontribusi untuk beradaptasi terhadap perubahan tersebut.

“Sehingga tujuan kami adalah bagaimana petani dan UMKM mampu beradaptasi, berkembang, dan mandiri secara ekonomi di era pasar bebas dan kondisi nyata adanya perubahan iklim,” ujarnya.

Seperti halnya Jogja, Yogo menilai dengan adanya perubahan iklim bisa berdampak kepada pelaku UMKM dalam mendapatkan bahan baku. Salah satunya adalah air bersih.

“Kalau misalnya di Jogja, itu kan berkaitan dengan bahan baku seperti kualitas air, itu kan pengaruhnya besar,” ucapnya.

“Lalu bahan baku misal produk wader, itu bahan didapatkan dari tempat mana saja? Yang bebas polusi atau mau yang kalau di darat itu kualitas airnya bagaimana,” lanjut Yogo.

Apabila tidak memperhatikan hal itu, Yogo menyebut bakal berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Sehingga pihaknya ingin bahan baku yang digunakan pelaku UMKM harus bisa dipertanggungjawabkan.

“UMKM itu harus benar-benar bisa beradaptasi melalui jejaring UMKM itu tadi dan jejaring akan dibangun terus baik dari Riau, Jateng dan DIY,” katanya.

Selain meningkatkan jejaring antarwilayah, Yogo menyebut jika pelaku UMKM perlu melakukan uji laboratorium untuk bahan baku produksinya. Nantinya, pihaknya bakal melakukan pendampingan.

“Uji laboratorium itu penting, misalnya nilai gizinya untuk memastikan bahan baku aman untuk konsumen. Nah, kita support ke situ, terus bagaimana pengolahan limbah produk juga,” imbuhnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *