seputarjogja.id, Jogja – Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jogja Nomor Urut 1 Heroe Poerwadi dan Sri Widyo Supeno menjanjikan rumah murah Rp 160 juta dalam programnya bagi warga ber-KTP Kota Jogja.
Pasangan yang menggunakan akronim Hepi ini memastikan program andalan ini sangat memungkinkan direalisasikan di tengah kendala terbesar properti tanah di Kota Jogja yang harganya melangit.
“Solusinya agar rumah murah terjangkau sekitar Rp 150 juta sampai Rp 160 juta, ya dengan rumah vertikal atau rumah susun, ” kata Sri Widyo Supeno, Senin (11/11/2024) dalam keterangannya saat diskusi dengan wartawan di Umbulharjo, Kota Jogja.
Pengusaha muda ini mengungkap, berbagai formula solusi untuk memenuhi hunian terjangkau di Kota Jogja sudah mereka siapkan. Salah satunya adalah perwujudan program Presiden Prabowo Subianto yaitu memenuhi 3 juta perumahan per tahun.
“Program ini memang pas untuk Kota Jogja yang secara lahan sudah sempit. Jadi, nanti kami akan berkoordinasi dengan pusat yang membangunkan rusun. Lahannya, nanti dicari beberapa lahan Pemerintah Kota, ” jelasnya.
Ia menambahkan, meski program ini seperti tak realistis, dengan kerja sama yang baik antara pemerintah pusat dan daerah, hal ini bisa terealisasi dalam pemerintahannya ke depan.
“Seperti yang disampaikan Pak Heroe, nanti bisa seperti di atas pasar kita bangunkan hunian. Ini juga sesuai program kita, Jogja Gayeng 24 jam. Jadi, aktivitas ekonomi di pasar itu tidak hanya pagi saja. Makanya, dibangunkan hunian di atasnya sangat memungkinkan. Bahkan, beberapa lahan di pinggir sungai sudah kami identifikasi bisa dibangun hunian di atasnya, ” jelasnya.
Ia menegaskan, hunian terjangkau di Kota Jogja ini harus seperti hunian subsisi pemerintah saat ini. Artinya, angsuran untuk KPR terjangkau bagi kalangan anak muda dan masyarakat berpenghasilan rendah.
“Harganya ya sekitar Rp 150 juta sampai Rp 160 juta biar diangsur masih memungkinkan. Kalau harga sekarang Rp 500 juta 50 tahun baru lunas, ” jelasnya.
Program hunian terjangkau ini, kata Peno, memang mereka ciptakan untuk mengakomodasi kebutuhan anak muda di Kota Jogja. Karena, berdasarkan catatannya, ada 20 ribu warga ber-KTP Kota Jogja yang harus tinggal di luar Kota Jogja.
“Sebagian besar anak muda atau pasangan muda yang memang sudah tidak mampu membeli permukiman di Kota Jogja dengan harga yang melangit,” imbuhnya.