seputarjogja.id, Yogyakarta – Ingin mempelajari jejak sejarah Yogyakarta? Melalui Diorama Kearsipan, masyarakat nantinya bisa belajar tentang sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara runtut.
Dalam siaran pers Humas Pemda DIY, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X meninjau pembangunan Diorama Kearsipan yang telah sampai pada tahap akhir, Selasa (16/11), di Gedung Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY. Sri Sultan didampingi oleh Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji, Kepala DPAD DIY Monika Nur Lastiyani dan Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo.
Diorama tersebut mengisahkan tentang sejarah berdirinya Yogyakarta dari masa Panembahan Senopati hingga Keistimewaan DIY. Sejarah Yogyakarta selama kurang lebih 430 tahun terangkum dalam 18 ruangan di satu lantai Gedung DPAD DIY. Pembangunan diorama diperkirakan dapat selesai pada awal Desember dan ditargetkan akan diresmikan pada Februari 2022.
“Saya kira cukup memadai, yang penting bagaimana penjelasannya, bisa menonton runtut 18 ruangan. Harapannya memulai dan mengakhirinya dengan runtut, yang penting bagaimana narasi itu bisa dibikin cerita lewat audio visual untuk bisa memberikan kejelasan,” ungkap Sri Sultan dikutip Rabu 17 November 2021.
Sri Sultan berharap agar pengunjung dapat memahami sejarah Yogyakarta dalam diorama tersebut.
“Pengunjung ini kan perlu untuk bisa memahami, sehingga aspek-aspek seperti itu jadi pertimbangan supaya betul-betul yang masuk yang belum tahu, saat keluar dia bisa membayangkan perjalanan apa yang dilakukan di dalam kehidupan masyarakat Yogya dengan segala tantangannya,” ujarnya.
Ngarsa Dalem juga berharap agar nantinya Diorama Kearsipan bisa segera dikunjungi wisatawan dan pelajar agar dapat memahami sejarah Keistimewaan DIY.
Baca Juga: Mendagri Proses Usulan 1 Maret Hari Besar Nasional
Diorama Kearsipan menampilkan berbagai era perjalanan sejarah DIY, seperti Yogyakarta sebagai Kota Revolusi, Kota Pendidikan, awal tata pemerintahan Yogyakarta, serta Keistimewaan Yogyakarta. Pembangunan diorama ini didasari oleh berbagai arsip yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti Keraton dan ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia).
“Diorama Kearsipan ini mencerminkan sejarah Yogyakarta dalam kurun waktu selama sekitar 430 tahun secara detail karena kami menggunakan dasar arsip. Arsip itu adalah bukti otentik sehingga orang tidak akan bisa membantah, karena memang arsipnya ada,” imbuh Kepala DPAD DIY Monika Nur Lastiyani.
Teknologi terkini juga diaplikasikan dalam Diorama Kearsipan, seperti teknologi hologram yang bersifat interaktif serta teknologi Augmented Reality. Monika berharap agar teknologi ini dapat menarik minat generasi muda.
“Ini menjadi sebuah diorama yang benar-benar kekinian dan bisa menampung anak-anak milenial. Sehingga pesan kami yaitu untuk bisa menghadirkan sejarah Yogyakarta itu bisa sampai dengan mudah kepada mereka karena sudah menggunakan teknologi kekinian,” ujarnya.
Baca Juga: Pameran Temporer Adhyatmaka: Sang Adiwira Sri Sultan Hamengku Buwono II
Tidak hanya untuk anak-anak, diorama ini juga diharapkan dapat menarik minat sejarawan dan peneliti. Monika juga menyebutkan bahwa diorama ini bersifat dinamis di mana jika dalam perjalanannya nanti menemukan arsip-arsip yang ternyata bisa melengkapi, maka arsip tersebut nanti akan ditambahkan.
Hal serupa dinyatakan oleh Ong Harry Wahyu, Art Director Diorama Kearsipan, bahwa publik dapat ikut menyetorkan data-data yang dapat melengkapi potongan sejarah Yogyakarta.
Ong Harry Wahyu juga menyebutkan bahwa penyusunan diorama ini melibatkan hampir 50 seniman, antara lain seniman multimedia, seniman perupa, seniman pematung dan berbagai seniman lainnya. Ia menyampaikan bahwa diorama ini berupaya untuk mengomunikasikan arsip-arsip sejarah Yogyakarta melaui media foto, video, serta media lainnya secara sederhana agar mudah dipahami oleh anak-anak.
“Kelebihannya adalah kelengkapan dari kebudayaannya, politiknya, lengkap banget. Yogya saya kira di Indonesia sangat lengkap, dari mulai sejarah kerajaan ada di sini, sejarah republik ada di sini, sejarah kebudayaan, kesenian ada di sini. Semua kota lain nggak ada yang selengkap Yogya,” kata Ong yang menyebutkan keunggulan diorama ini.
Baca Juga: Hari Wayang Nasional: Keraton Yogya Rilis Koleksi Digital Ringgit Krucil