Kembang Waru, Roti Khas Kotagede Sarat Filosofi

Roti Kembang Waru (dok. Dinas Kebudayaan DIY)
Roti Kembang Waru (dok. Dinas Kebudayaan DIY)

seputarjogja.id, Jogja – Roti Kembang Waru, roti khas Kotagede yang konon merupakan salah satu kuliner warisan kerajaan Mataram Islam. Tak sekadar makanan, roti Kembang Waru ternyata sarat akan filosofi.

Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan DIY, roti Kembang Waru ini memiliki bentuk yang unik, bulat serta memiliki delapan sisi di pinggirannya. Ke delapan sisi tersebut bukan tanpa alasan. Roti ini mengandung filosofi cukup mendalam terkait pinggiran sisinya yang berjumlah delapan.

Bacaan Lainnya

Hidangan Favorit Masa Kerajaan Mataram Islam 

Pada masa Kerajaan Mataram Islam, roti Kembang Waru selalu menjadi hidangan favorit yang selalu ada dalam setiap hajatan ataupun acara adat pada masa itu. Tidak diketahui persis siapa penemu dari jajanan khas yang saat ini cukup populer di wilayah Kotagede, Jogja.

Dahulu, Pasar Legi Kotagede sebelum dipenuhi kios-kios seperti saat ini, ditumbuhi pohon-pohon lebat yang cukup rindang seperti pohon Beringin dan pohon Gayam. Pada masa Mataram Islam, pusat pemerintahan atau ibu kota terletak di wilayah Kotagede dan terkenal dengan pohon Gayam yang tumbuh subur di sepanjang jalannya.

Di antara pohon-pohon Gayam yang tumbuh, terdapat pohon Waru yang tumbuh subur dengan bunganya yang berwarna cokelat kemerahan. Kemudian dibuatlah roti yang berbentuk bunga tersebut karena bentuk bunga Waru lebih mudah dibuat dibandingkan bunga Kenanga ataupun bunga Mawar.

Roii Kembang Waru (dok. Dinas Kebudayaan DIY)
Roti Kembang Waru (dok. Dinas Kebudayaan DIY)

Alat untuk membuat roti ini membutuhkan cetakan yang terbuat dari besi. Sehingga ukuran dan bentuk dari roti ini ukurannya sama semua.

Makna Delapan Sisi

Delapan sisi yang dimiliki roti ini bermakna delapan laku seorang pemimpin. Delapan laku yang dimaksud merupakan personifikasi dari delapan elemen unsur alam yakni Tanah, Air, Angin, Api, Matahari, Bulan, Bintang, dan Langit. Jika seorang pemimpin dapat menerapkan delapan laku tersebut, makai ia akan menjadi pemimpin yang berwibawa dan mampu mengayomi semua rakyatnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *