Kementerian Kebudayaan Dikritik Seniman-Budayawan di Jogja

Nasirun. Dok. Istimewa
Nasirun. Dok. Istimewa

seputarjogja.id, Sleman – Seniman-budayawan di Yogyakarta mengkritik Kementerian Kebudayaan yang belum tampak konkret kinerjakan pada momen 100 hari masa pemerintahan Presiden-Wakil Presiden, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Para seniman dan budayawan itu berkumpul dalam forum Arkipelagis: Refleksi Kebudayaan di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Selasa, 28 Januari 2025.

Bacaan Lainnya

Sejumlah tokoh yang hadir di antaranya maestro seni lukis, Nasirun; budayawan Butet Kartaredjasa; kurator seni, Nirwan Dewanto; hingga mantan Dirjen Kebudayaan periode 2015-2024, Hilmar Farid. Selain itu, ada juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X.

Maestro seni lukis, Nasirun mengatakan belum mengetahui atau mendengar agenda-agenda kebudayaan kementerian baru itu, termasuk untuk periode lima tahun ke depan. Dirinya juga mengaku belum pernah mengikuti diskusi atau undangan dari Kementerian Kebudayaan.

“Semoga yang baru ini bisa memberikan satu ruh, paling tidak harapan seperti apa kebudayaan ke depan,” kata Nasirun di GIK UGM Yogyakarta, kepada wartawan.

Penggagas event seni rupa ArtJog, Heri Pemad menyebut Kementerian Kebudayaan belum tampak kinerjanya. Ia menganggap kalangan seniman-budayawan seakan hanya menjadi penonton berbagai informasi kegiatan yang lalu lalang dengan seremonial.

“Kementerian Kebudayaan rasanya kok seperti adem ayem saja. Biasanya ada budaya dan kebiasaan, kalau lahir sesuatu yang baru akan ada harapan, angan-angan, walau impian atau janji dulu tidak apa-apa, tapi tolong sampaikan ke publik,” ujarnya.

Sebagai kementerian baru, Heri mengungkapkan, Kementerian Kebudayaan semestinya menampilkan kinerja dalam budaya yang baik. Ia menilai pelibatan para seniman dan budaya-budayawan menjadi bagian tak terpisahkan kementerian tersebut.

“Kami tak peduli ini rezim siapa tapi yang jelas ini kementerian baru ini sudah lahir, makanya semestinya disambut, mau ala seniman, ala budayawan, ala komunitas, ala negara tapi ayo bersama-sama,” ujarnya.

Ia menyadari lembaga baru memang membutuhkan proses dalam berbagai hal. Dengan banyaknya komunitas seniman, ia mengungkapkan memang perlu proses menjangkau keseluruhan kendati tetap perlu filter.

“Jangan sampai memilih kucing dalam karung dalam penyelenggaraan agenda kebudayaan ke depan,” ucapnya.

Dalam orasinya, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengungkapkan kebudayaan jadi isu kental dalam menjaga bangsa Indonesia yang majemuk. Sultan mengatakan kerja kebudayaan semestinya ditempatkan bagaimana agar bisa mengubah keberagaman budaya di tanah air sebagai kekuatan potensial, bukan saling menghancurkan.

“Untuk itu, kewajiban nasional untuk memperkuat integrasi bangsa, melalui strategi aktualisasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika,” kata dia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *