seputarjogja.id, Yogyakarta – Sekitar 100 warga Kota Yogyakarta membatik bersama dalam kegiatan bertajuk Jogja Membatik Dunia rangkaian Jogja International Batik Biennale 2021 (JIBB), Hari Batik Dunia dan Jogja Kota Batik. Dalam kegiatan itu masyarakat membatik motif Ceplok Mangkoro sebagai wujud harapan dan doa dengan makna menolak bala musibah. Terutama harapan agar pandemi Covid-19 segera berakhir.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Yogyakarta Tri Kirana Muslidatun mengatakan dalam kondisi pandemi yang berdampak ke seluruh aspek kehidupan, Indonesia, sebagai bangsa tangguh dan memiliki semangat untuk terus tumbuh. Salah satu ikhtiar adalah menciptakan momentum positif, bertumpu pada nilai kearifan budaya. Seperti yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa melalui torehan simbol Ceplok Mangkoro.
“Motif Ceplok Mangkoro, berasal dari bagian belakang penutup kepala atau sumping dalam kostum epos pewayangan Jawa. Mangkara berarti ora ana sekara-kara yang bermakna tidak ada halangan dan rintangan. Menorehkan Ceplok Mangkoro merupakan wujud harapan dan doa dengan makna menolak bala atau musibah,” kata Tri Kirana dalam kegiatan membatik bersama Mangayubagyo Jogja Kota Batik rangkaian JIBB 2021, di Galeria Mall, Sabtu (6/11), dalam siaran pers dikutip Minggu 7 November 2021.
Pihaknya menuturkan batik telah ditetapkan sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity atau Warisan Kemanusiaan Pusaka Lisan dan Tak Benda oleh UNESCO sejak tanggal 2 Oktober 2009. Di mana Yogya sebagai kota batik dunia. Melalui kegiatan membatik bersama seluruh DIY dan perwakilan negara dunia secara virtual menunjukan batik juga sudah dimiliki dunia.
“Dalam kegiatan membatik bersama ini juga menunjukkan membatik sudah menjadi napas kebiasaan di Yogyakarta. Kami juga hidupkan kembali kampung-kampung wisata yang ada basis masyarakat membatik. Kami juga harap pelaku usaha seperti hotel restoran bisa menyediakan satu sudut untuk mencoret atau mencanting batik sehingga napas batik di Yogya ada di mana pun,” jelas Tri Kirana.
Dalam kegiatan itu Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti dan Tri Kirana juga ikut membatik. Haryadi mengapresiasi karena masyarakat dapat mengikuti kegiatan membatik bersama yang menjadi perhelatan JIBB 2021.
“Mewakili Pemkot Yogyakarta kami menyambut baik gelaran event Jogja Membatik Dunia. Ini merupakan momentum yang strategis bagi pengembangan batik di Indonesia dan kesempatan emas untuk mengangkat tradisi batik di tingkat dunia,” terang Haryadi.
Menurutnya predikat Jogja sebagai Kota Batik Dunia menjadi tanggung jawab moral semua pihak untuk melestarikan batik agar selalu digemari dan tidak lekang waktu. Terutama menjaga dan mengembangkannya agar masyarakat berkeinginan memiliki atau menggunakan batik.
Selain itu perlu menggaungkan kepada generasi muda terkait menjaga batik sebagai warisan adiluhung tradisi luhur bangsa. Termasuk berupaya meningkatkan penggunaan batik di segala suasana, terutama batik yang ramah lingkungan. Selain dibutuhkan lebih banyak pelatihan dan sosialisasi untuk meningkatkan wawasan mengenai batik.
“Momentum ini kita jadikan penyemangat untuk senantiasa memiliki rasa handarbeni terhadap batik sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Yogyakarta, sehingga predikat Jogja sebagai Kota Batik Dunia akan senantiasa melekat, lestari secara berkelanjutan dan berkesinambungan,” pungkas Haryadi.