seputarjogja.id, Sleman – Ratusan karya seni dipamerkan di Galeri Nusantara kampus terpadu Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta. Bertajuk Indonesia 100%, pameran ini menyajikan 99 karya seni dari 69 seniman.
Rektor UNU Yogyakarta, Widya Priyahita menuturkan pameran ini merupakan wujud kolaborasi. Berupa hadirnya karya dari para seniman dan mahasiswanya. Adapula karya-karya dari sejumlah pelajar tingkat sekolah dasar.
“Konsep awalnya itu menghadirkan ruang kreatif seni tapi di ruang publik. Biasanya kan pameran seni itu di galeri seni, tapi ini kita hadirkan di kampus yang tentu dari segi audiens berbeda. Tidak hanya dinikmati seniman atau pecinta seni tapi lebih luas,” jelasnya saat ditemui di Galeri Nusantara Kampus Terpadu UNU Yogyakarta, Gamping, Sleman, Jumat (30/8/2024).
Widya memandang bahwa seni selama ini terkesan ekslusif. Terlebih kehadirannya kerap di ruang pamer galeri seni. Alhasil publik tidak bisa melihat atau menikmat karya-karya para seniman.
Hadirnya karya seni di luar habitatnya, menurut Widya dapat menghadirkan cara pandang baru. Bagaimana publik melihat karya para seniman. Di sisi para seniman dapat lebih luas dalam menyampaikan pesan melalui karya-karyanya.
“Sejak lama bermimpi kenapa ya kok seni itu sangat eksklusif. Bisa tidak hadir di luar rumah yang ekslusif dan bisa dikonsumsi lebih luas. Kenapa tidak hadir di ruang publik yang lebih luas, seperti pasar, alun-alun, mal, kantor atau kampus seperti sekarang ini,” katanya.
Peran inilah yang bisa diambil oleh civitas kampus. Hadir sebagai kolaborator ruang pamer. Termasuk melibatkan para mahasiswanya dalam sebuah pameran seni. Menurutnya, peran ini tak melulu menjadi hak kampus berbasis disiplin ilmu seni.
“Seni itu juga dapat menjadi ruang dialog keresahan. Kami juga punya misi seni sebagai konstruksi publik, Hadir di ruang publik dan semoga bisa jadi inspirasi kampus lain,” ujarnya.
Kurator pameran Indonesia 100%, A. Anzieb menyebut pameran ini bukti bahwa seni bukanlah hal yang ekslusif. Tidak semata-mata hanya dimiliki orang yang berpredikat seniman. Karya seni adalah perihal mengutarakan keresahan dengan keindahan karya.
Anzieb juga mengibaratkan seni sebuah tanaman dalam ladang. Perlu teknis khusus dalam menanam untuk mendapatkan panen yang baik. Selain itu juga memperhatikan dan merawat dari akar dan tidak terfokus pada buahnya semata.
“Seni itu barat menanam yang perlu proses. Diawali dengan mengolah lahan, menanam, merabuk dan merawat. Lalu terpenting adalah akarnya agar tidak tumbang. Ini mengibaratkan kultural yang sangat penting,” katanya.
Kolaborasi dalam pameran Indonesia 100% tak hanya seniman, namun juga ruang pertemuan. Ruang kampus yang identik dengan pendidikan, diubah dengan hadirnya konsep seni. Berupa karya-karya yang terpampang di setiap dindingnya.
Anzieb menuturkan proses kreatif dalam pameran ini terbilang singkat. Para seniman maupun mahasiswa diminta menghadirkan karya terbaru maupun koleksinya. Tentunya yang sesuai dengan konsep pameran.
“Dan tentunya sangat beragam dan akan menimbulkan beragam komentar pula. Tapi inilah Indonesia 100% yang sesungguhnya, berupa keberagaman yang saling menguatkan dan terlihat indah,” ujarnya.
Pameran ini menghadirkan karya-karya sejumlah pelukis dan pematung kenamaan. Mulai dari Bambang Heras, Nasirun, Putu Sutawijaya, Edi Sunaryo, Anusapati hingga Suwarno Wisetrotomo. Tersaji di setiap lorong lantai 3 hingga lantai 4 Kampus Terpadu UNU Yogyakarta.
Anzieb menuturkan sebanyak 69 seniman terlibat dalam pameran ini. Terdiri dari seniman, mahasiswa, dan pelajar. Total ada 99 karya yang mencirikan identitas masing-masing seniman. Seluruhnya akan terpajang hingga 30 September 2024.
“Pameran ini menjadi ruang interaksi para mahasiswa juga dalam berkarya. Mereka mengemas keresahan yang mereka rasakan dalam sebuah karya seni. Merealisasikan melalui karya-karya yang tentunya memiliki kisah dan cerita,” katanya.
Salah seorang pelukis senior, Edi Sunaryo mengaku sangat senang terlibat dalam pameran ini. Baginya Pameran Indonesia 100% adalah ruang pertemuan dan diskusi. Terlebih dengan para seniman muda dengan karya-karyanya.
Dia menilai pertemuan ini dapat membuka cara pandang dan pengetahuan. Terlebih seni bisa dibilang dinamis dan mengikuti perkebangan zaman. Termasuk karya-karya para seniman muda yang tentu berbeda dengan para seniman pendahulunya.
“Ini jadi ajang saling melihat sebuah masa melalui karya-karya. Pasti menarik karena menjadi sebuah ruang diskusi dan para seniman itu juga butuh mengaktualisasi diri atas dinamika seni. Ini karena keresahan setiap masanya itu berbeda-beda,” ujarnya.