Yogyakarta, seputarjogja.id – Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhomardowo, divisi kesenian dan pertunjukan dari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat (Keraton Yogyakarta), ramai diperbincangkan di media sosial usai tersebarnya unggahan penerimaan Abdi Dalem secara terbuka pada Selasa, 16 Februari 2021 lalu.
Lima poster digital yang diunggah akun media sosial resmi Kraton Jogja ini menyertakan pula berbagai macam syarat untuk mendaftarkan diri menjadi Abdi Dalem di KHP Kridhomardowo pada 4 golongan yaitu Wiyaga, Pasindhen, Lebdaswara, dan Musikan.
“Selama ini kan banyak masyarakat yang ingin menjadi Abdi Dalem tapi tidak tahu, bagaimana caranya? Kebetulan kawedanan ini sendiri sedang membutuhkan Abdi Dalem untuk 4 golongan tersebut. Jadi saya bersama pengajeng atau pimpinan golongan Wiyaga yaitu MW. Susilomadyo dan teman-teman lain di Kridhomardowo membentuk tim, atas dhawuh KPH Notonegoro selaku penghageng, untuk membuka pendaftaran dan penerimaan secara terbuka,” terang MB. Brongtomadyo selaku ketua panitia Penerimaan Abdi Dalem Kridhomardowo, di Area Bangsal Madukaran, Keraton Yogyakarta, Kamis (4/3), seperti dalam siaran pers Humas Pemda DIY dikutip pada Minggu 7 Maret 2021.
“Kami ingin memberikan kesempatan kepada teman-teman di luar yang tertarik dan memang sungguh-sungguh berniat menjadi Abdi Dalem di Keraton Yogyakarta,” lanjutnya.
Penerimaan Abdi Dalem secara terbuka ini baru pertama kali dilakukan di KHP Kridhomardowo. Secara umum, persyaratannya adalah bersedia dengan tulus mengabdi di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat; berusia 17-45 tahun; Warga Negara Indonesia, berdomisili atau tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dan seputar Jawa Tengah; dan bersedia mengikuti tahap seleksi yang diadakan.
Persyaratan mengenai domisili di DIY dan Jawa Tengah ini pun bertujuan untuk memudahkan mobilitas calon pendaftar, karena nantinya jika diterima menjadi Abdi Dalem akan ada kewajiban untuk hadir di keraton secara fisik, atau istilahnya marak (bagi Abdi Dalem perempuan) dan sowan (bagi Abdi Dalem laki-laki).
Adapun tahap seleksi dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama dilaksanakan secara virtual dengan menyeleksi video yang dikirim peserta. Sementara untuk tahap kedua akan dilaksanakan penilaian secara langsung oleh tim dari KHP Kridhomardowo di Keraton Yogyakarta.
Golongan yang dibuka pada penerimaan Abdi Dalem kali ini adalah Wiyaga (penabuh gamelan); Pasindhen (penembang untuk perempuan); Lebdaswara (penembang untuk laki-laki); dan Musikan (korps musik yang bertugas memainkan alat musik barat di Keraton Yogyakarta). Tiap golongan juga memiliki persyaratan khusus seperti: bisa memainkan gamelan Gaya Yogyakarta untuk Wiyaga, bisa melagukan gerongan/sindhenan (syair) dari materi pilihan yaitu Ladrang Raja Manggala atau Ladrang Prabu Mataram untuk Lebdaswara dan Pasindhen, serta bisa membaca not balok dan memainkan alat musik tiup atau alat musik perkusi untuk Musikan.
“Banyak juga yang mungkin mempertanyakan kenapa hanya 4 golongan ini saja yang dibuka? Ya karena sejauh ini dari Kridhomardowo memang baru membutuhkan Abdi Dalem dari 4 golongan ini saja. Kalau untuk golongan lain di Kridhomardowo, menurut KPH Notonegoro, ini masih mencukupi. Sementara untuk tepas atau kawedanan lain, bukan kapasitas saya untuk menjawab, karena tiap tepas dan kawedanan memiliki kebijakannya masing-masing tentang tata cara penerimaan Abdi Dalem dan bidang apa saja yang dibutuhkan,” jelas MB. Brongtomadyo.
Sementara itu, Penghageng Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Kridhomardowo KPH Notonegoro mengutarakan bahwa hingga pendaftaran ditutup pada 1 Maret 2021, total yang mendaftar sekitar 60 orang.
“Diambil berapa nanti tergantung. Kalau 60 bagus semua kami punya tempat untuk menerima semuanya, tetapi kalau tidak bisa memenuhi persyaratan ya maaf kami tidak bisa menerima,” terang KPH Notonegoro.
Lebih jauh, Notonegoro berujar, sebagian besar pendaftar masih berusia muda. “Ada yang masih semester satu kuliah. Mungkin itu yang paling muda,” sambung dia.
Ia melanjutkan, KHP Kridomardowo saat ini memang tengah membutuhkan tenaga baru berusia muda. Sebagian abdi dalem yang berusia tua serta memiliki penyakit penyerta diminta tidak aktif terlebih dahulu.
“(Abdi dalem) yang muda-muda yang sehat jumlahnya terbatas. Tinggal seperempatnya. Ini yang membuat kami membutuhkan tenaga segera,” jelas Notonegoro.
Ditambahkan Notonegoro, dari magang itu Keraton Yogyakarta bisa memiliki kesempatan untuk memberitahu banyak hal ke pemagang. Misalnya, unggah-ungguh bahasa yang digunakan dalam Keraton itu seperti apa dan sebagainya.
Sementara itu, Wakil Penghageng Parentah Hageng KPH Yudahadiningrat mengatakan, pendaftaran Abdi Dalem bukan untuk mengejar karier. Siapa pun yang mendaftar harus tahu jika abdi dalem merupakan bentuk pengabdian ke masyarakat melalui Keraton Yogyakarta.
“Memang untuk menjadi Abdi Dalem itu harus tulus ikhlas mengabdi karena kami tidak memikirkan pendapatan itu,” tukasnya.
Di samping itu, KPH Yudahadiningrat menambahkan jika penerimaan calon Abdi Dalem ini memang kebutuhan KHP Kridhomardowo. “Banyak masyarakat yang menanyakan cara untuk menjadi Abdi Dalem di keraton, terutama anak-anak muda yang kreatif dalam berseni,” kata pria yang biasa dipanggil Kanjeng Yuda itu.
Menurutnya, pihak Keraton dalam pendaftaran ini tidak melibatkkan media massa umum seperti televisi maupun media lainnya.
“Kami tidak memasang iklan atau apapun itu di media massa karena saat ini Keraton sudah memiliki media sosial, jadi hanya open di sana saja,” tambahnya.
Menurut Kanjeng Yuda, sudah saatnya Keraton Yogyakarta menyesuaikan dengan perubahan zaman. Namun, tentunya dengan tanpa meninggalkan atau mengabaikan esensi dari pengabdian itu sendiri.