seputarjogja.id, Yogyakarta – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan bahwa petani cabai harus selalu inovatif untuk meningkatkan harga saing cabai, baik secara nasional maupun internasional. Menurut Sri Sultan, musim hujan bukan menjadi hambatan untuk meningkatkan kreativitas sehingga tak bisa berinovasi.
Pernyataan tersebut diutarakan Sri Sultan HB X saat mengunjungi Koperasi Pemasaran Perkumpulan Petani Holtikultura Puncak Merapi (PPHPM) di Kalurahan Pakembinangun, Sleman, Senin (15/11) sore. Hadir mendampingi Sri Sultan yakni Bupati Sleman Kustini bersama Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa, Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji, Plt Kepala Kanwil Bank Indonesia Yogyakarta Miyono dan Ketua Kadin DIY GKR Mangkubumi.
Pada kesempatan tersebut, Ngarsa Dalem turut mendorong intervensi Pemerintah Kabupaten Sleman dalam inovasi dan digitalisasi sektor pertanian pangan sebagai upaya pengendalian inflasi.
“Stimulus (intervensi) pemerintah menjadi mutlak adanya” jelas Sri Sultan dalam siaran pers Humas Pemda DIY, Selasa 16 November 2021.
Kolaborasi antara pusat dan daerah maupun instansi lain yang serata, menjadi faktor pendukung untuk mendorong inovasi sebagai upaya pengendalian inflasi dan menggerakkan perekonomian masyarakat secara berkesinambungan.
“Salah satu bentuk intervensinya adalah digitalisasi yang diharapkan memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Ini sejalan dengan arahan Bapak Presiden yang menyatakan daerah harus memanfaatkan pandemi sebagai momentum dalam mendorong digitalisasi UMKM khususnya pangan dari hulu ke hilir,” urai Ngarsa Dalem.
Adanya Koperasi Pemasaran yang berwujud Pasar Lelang Cabai tersebut, menurut Sri Sultan, adalah bentuk inovasi untuk mempercepat pemulihan ekonomi sektor pertanian. Apalagi saat ini, transaksi yang dilakukan di pasar tersebut mulai menerapkan metode digital dengan aplikasi diPanen.id yang diluncurkan Bank Indonesia.
Sementara itu Bupati Sleman Kustini menuturkan hadirnya pasar lelang cabai ini bertujuan untuk menyediakan akses dan informasi pasar kepada petani cabai dalam memasarkan produknya dan menjadi pengendali fluktuasi harga cabai.
“Terlebih lagi, komoditas cabai adalah salah satu penyumbang utama terjadinya inflasi di Sleman. Dengan terciptanya harga cabai yang stabil dan ketersediaan stok memadai di pasaran sepanjang tahun, maka inflasi dapat ditekan,” kata Kustini.
Seiring berjalannya waktu, lanjut Kustini, petani cabai mulai banyak yang menyadari untuk menjual hasil panennya di pasar lelang cabai. Hal tersebut ditunjukkan oleh data cabai yang masuk ke pasar lelang tahun 2019 yakni sebesar 5.529,43 kuintal dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 6.391,56 kuintal.
Kustini berujar bahwa saat panen raya, hasil panen cabai dapat mencapai kisaran 20 ton/hari. Untuk hasil panen selain masa panen raya biasanya berkisar antara 6-7 ton/hari. Angka ini adalah jumlah cabai yang dipasarkan melalui PPHPM.
Ditambahkannya, adanya aplikasi diPanen.id yang dapat diunduh melalui Playstore semakin memudahkan transaksi dan menjamin transparansi dalam pelaksanaan lelang.
Adapun pada agenda tersebut, Sri Sultan turut menandatangani prasasti Pasar Lelang dan menyaksikan penyerahan Demonstration Plot Teknologi Irigasi Tetes dari Bank Indonesia Yogyakarta kepada PPHPM dilanjutkan dengan meninjau proses penyortiran cabai sebelum dilakukan proses pelelangan.