Suplai Bahan Baku Gudheg, DIY Siapkan 96 Ha Hutan Nangka

dok. Humas Pemda DIY
dok. Humas Pemda DIY

seputarjogja.id, Gunungkidul – Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengembangkan hutan tematik tanaman nangka di lahan seluas 96 hektare (ha) di Kabupaten Gunungkidul. Nangka ini nantinya untuk bahan baku gudheg, makanan khas Yogyakarta.

Ibu Gubernur DIY GKR Hemas turun menanam langsung pohon nangka tersebut di area hutan tematik Wana Boga, Candi, Kapanewon Karangmojo, Gunungkidul, Sabtu (2/10). Hadir Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bambang Hendroyono, Bupati Gunungkidul Sunaryanta dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY Kuncoro Cahyo Aji.

Bacaan Lainnya

Menurut GKR Hemas, masyarakat DIY membutuhkan nangka untuk menyuplai kebutuhan bahan baku gudheg sebagai makanan yang menjadi salah satu ciri khas DIY. Hal inilah yang mendasari dikembangkannya plasma nutfah nangka, melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY.

“Saya ikut merasa senang, bangga, karena saya sudah ikut melihat dari kebutuhan masyarakat Yogya tentang nangka. Itu untuk Gudheg yang ada di Kota Yogya. Ternyata, setelah saya berkunjung ke pasar buah, itu nangka yang ada di tiga kios, semua nangkanya seko (dari) Lampung. Jadi saya kira memang sudah menjadi kewajiban Pemerintah Daerah DIY untuk membangun dan didukung oleh Pemerintah Pusat,” ungkap GKR Hemas, dalam siaran pers Humas Pemda DIY dikutip Selasa 5 Oktober 2021.

GKR Hemas juga berpesan bagi para perempuan yang bekerja di hutan tematik itu, agar selalu merawat, mengelola, serta mengolah dengan baik. Hal ini mengingat pengembangan plasma nutfah di Gunungkidul sangat penting bagi kelangsungan ekonomi masyarakat. Penanaman nangka di lokasi ini karena memang mampu tumbuh lebih baik daripada di tempat lain.

“Betul-betul saya ingin ibu-ibu atau perempuan-perempuan yang ada di sini, ikut terlibat. sehingga akan semakin kuat dalam pengelolaan yang dilakukan oleh Departemen Kehutanan ini yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Saya tidak akan muluk-muluk untuk matur yang penting harus dijaga oleh warga juga. Ini adalah kerja bersama yang benar-benar harus dilaksanakan oleh masyarakat Gunungkidul,” pesan GKR Hemas.

Di kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bambang Hendroyono mengungkapkan, pihaknya mendukung dan sangat mengapresiasi upaya DIY dalam meningkatkan pemanfaatan hutan. Nantinya, 25.000 bibit nangka akan disumbangkan oleh KLHK untuk ditanam di area hutan tersebut.

Bambang mengungkapkan, secara teknis, bantuan bibit nangka ini akan mulai didistribusikan pada 28 November 2021 mendatang. Beberapa jenis akan ditanam di plasma nutfah nangka ini yaitu jenis nangka sayur guna mendukung penyediaan bahan baku gudheg khas Yogyakarta, dan nangka jenis buah yang bisa langsung dikonsumsi. Pun dengan kualitas bibitnya, Bambang memastikan akan medistribusikan bibit terbaik agar nangka bisa cepat berbuah pada usia kurang dari 3 tahun.

“Selama ini kita kenal kayu jati menjadi hasil hutan. Sekarang coba kita tambahkan dengan non kayu yaitu pohon buah-buahan. Tidak kalah penting kebijakan pemanfaatan jasa lingkungan, nah di situlah kemudian jasa wisata dan menyatu dengan kehidupan masyarakat di areal hutan produksi yang tersebut,” jelas Bambang.

Bambang berharap, upaya pengembangan hutan di hutan tematik Wana Boga ini mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan memulihkan ekonomi. Menurutnya ini adalah upaya yang sangat baik untuk juga memulihkan lingkungan dan memulihkan fungsi hutan bagi kesejahteraan masyarakat.

“Ini akan menjadi salah satu upaya pelaksanaan rehabilitasi hutan dengan pendekatan masyarakat. Selanjutnya ini juga bisa menjadi pusat pengembangan teknologi tanaman kehutanan. Kita harap DIY akan mampu kembali menjadi percontohan provinsi lain dalam mengembangkan hutan tematik,” tutup Bambang.

Sementara itu Kepala DLHK DIY Kuncoro Cahyo Aji menjelaskan, hutan Wana Boga ini nantinya akan diberdayakan seluas 96 hektare untuk menjadi laboratorium nangka di Indonesia. Dari jumlah itu, 56 hektare akan pergunakan sebagai hutan produksi nangka. Keberadaan hutan tematik ini menambah jumlah keseluruhan hutan tematik di DIY menjadi 11 tempat, dan sudah didaftarkan sebagai kearifan lokal DIY.

“Hutan tematik kita di antaranya ada Wana Wisata di daerah Mangunan, Wana Kriya, kemudian juga ada Wana Husada, nanti dibeli barang jadi di sana sudah ada kayu putih, madu. Juga termasuk di kawasan lereng Merapi, di sana ada hutan dan kami berharap untuk bisa menjadi satu kesatuan dengan TNGM nanti juga akan kami tanami untuk pohon-pohon langka, misalnya kemenyan dan lain sebagainya,” jelas Kuncoro.

Selain di tempat-tempat tersebut, Kuncoro menjelaskan juga akan ada pengembangan hutan mangrove di Pantai Baros, Bantul menjadi hutan mangrove yang terpadu. Selain itu juga akan dikembangkan wisata kepiting yang nantinya akan dikelola oleh masyarkat sekitar. 11 hutan tematik ini menurut Kuncoro dikelola bersama dengan masyarakat, bekerja sama dengan BUMN, BUMS, koperasi, termasuk juga dikerjasamakan dengan pendampingan dan pembinaan langsung dari KPH.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *