Pagelaran Wayang Republik, Peringati Bergabungnya Jogja ke NKRI

dok. Istimewa
dok. Istimewa

seputarjogja.id, Bantul – Pada 5 September 1945, Kasultanan Ngayogyakarta dan Kadipaten Pakualaman menyatakan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Guna memperingati momen bersejarah tersebut, warga di Jogja menggelar pentas seni budaya Pagelaran Wayang Republik.

Penggagas Wayang Republik, Widihasto Wasana Putra mengatakan, Wayang Republik adalah media edukasi sejarah lewat media budaya terkait asal usul sejarah Jogja yang kemudian menjadi Daerah Istimewa bagian dari NKRI.

“Wayang Republik menjadi bahasa simbolik yang mengajak siapa pun untuk merenung dan berefleksi menangkap kemurnian jati diri bangsa di tengah bisingnya artikulasi verbal yang teramat bising di jagat komunikasi publik,” kata Hasto, Jumat 5 September 2025.

Baca Juga: Sejarah Kesultanan Jogja Bergabung dengan NKRI

Pagelaran berlangsung di pendopo Hastodiningrat, Kampung Tegalsari, Geneng, Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Bantul.

Rangkaian pagelaran dimulai pukul 16.00 WIB menampikan 26 orang pelajar dari Sanggar Biola Quinta. Mereka membawakan lagu kebangsaan Indonesia Raya (string), Mengheningkan Cipta, Tanah Air, Indonesia Jaya, Symphony Yang I dah, Medley Jawa, Lir-Ilir, Koyo Jogja Istimewa dan lainnya.

Usai itu dilanjut penampilan grup sholawatan Jawi Laras Madya Al Hidayah yang membawakan lagu-lagu pujian pada Allah SWT. Berikutnya tampil Sanggar Seni Tegalsari membawakan lagu-lagu dolanan bocah. Puncak acara diisi pemutaran video Sinau Sejarah, Kelompok Musik Exstra Vagongso dan pagelaran Wayang Republik yang dimainkan dalang Ki Catur Benyek Kuncoro.

dok. Istimewa
dok. Istimewa

Karakter tokoh Wayang Republik adalah sosok pendiri dan pejuang bangsa seperti Bung Karno, Bung Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Paku Alam VII, Soedirman, hingga sosok antagonis Kolonel Van Langen.

Ada tiga harapan yang ingin didaraskan. Pertama, Jogja terus menjadi pelita bangsa yang memberikan penerang di kegelapan sekaligus jadi petunjuk untuk selalu berpijak pada nilai-nilai keteladanan kusuma bangsa di tengah berbagai persoalan dan tantangan zaman. Kedua, menjadi ruang ekspresi kolaboratif di antara potensi seni budaya masyarakat. Ketiga, ajang konsolidasi lintas sektoral membangun kebersamaan dan merawat jiwa patriotisme dan nasionalisme berbasis pada akar tradisi budaya.

Masyarakat antusias menonton pagelaran Wayang Republik ini. Selain itu, juga disuguhkan makanan dan minuman angkringan khas Jogja yang bisa dinikmati secara gratis.

Baca Juga: Hari Wayang Nasional: Keraton Yogya Rilis Koleksi Digital Ringgit Krucil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *